Minggu, 28 Desember 2014

Struktur Geologi : Perlipatan

Struktur lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang paling mudah dijumpai di lapangan disamping struktur kekar. Struktur ini umumnya berkembang pada batuan sedimen klastika (kadang pada batuan volkanik dan metamorf). Salah satu ciri khas dari batuan sedimen klastik adalah dijumpainya bidang perlapisan batuan yang terbentuk pada saat proses sedimentasi. Apabila kita perhatikan pada singkapan batuan di lapangan, bidang perlapisan tersebut mempunyai kedudukan yang bervariasi tergantung akibat tektonik yang melatarbelakanginya.
Struktur lipatan disamping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang terkecil (mikro fold) hingga berukuran regional (Mega fold), juga memiliki bentuk yang bermacam-macam. Adanya variasi ukuran dan bentuk tersebut tergantung pada sifat fisik batuan yang terlipat, sistem tegasan (dinamika) dan mekanisme pembentukannya serta waktu dan besarnya gaya yang bekerja.
Beberapa definisi ‘struktur Lipatan’, menurut beberapa pendapat para ahli geologi struktur, antara lain :

Hill (1953),


Struktur lipatan merupakan pencerminan dari suatu bentuk lengkungan yang mekanismenya disebabkan oleh 2 (dua) proses, yaitu Bending (Melengkung) dan Buckling (Melipat). Pada gejala Buckling , gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan. Sedangkan pada gejala Bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan bidang lapisan.


Gambar 1 mekanisme terjadinya perlipatan

Billing (1960),

Lipatan merupakan bentuk undulasi atau bentuk gelombang pada batuan di kulit bumi.

Hobs (1971),

Struktur lipatan akibat Bending, terjadi apabila gaya penyebabnya tegak lurus terhadap bidang lapisan, sedangkan pada proses Buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses Buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan tensional (tarikan) sedangkan di bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan kompresi yang menghasilkan shear joint. Kondisi ini akan terbalik pada lipatan sinklin.

Park (1980),

Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (Curve) dari suatu bidang. Berdasarkan genetiknya, struktur lipatan dapat terbentuk akibat tektonik dan non tektonik. Perbedaan diantara keduanya, antara lain adalah lipatan yang dibentuk akibat aktifitas tektonik seringkali pola lipatannya teratur, pada permukaan bidang lapisan batuan sering dijumpai sejumlah slicken side dan peristiwa pembentukannya setelah batuan tersebut terbentuk. Lipatan yang terbentuk akibat non tektonik, umumnya pola lipatan tidak beraturan, tidak dijumpai slicken side pada permukaan bidang lapisan batuan dan pembentukannya dapat terjadi pada saat pengendapan (slump structure) atau dapat juga terjadi setelah batuannya terbentuk. Untuk kasus yang terakhir ini, pembentukan struktur lipatan terjadi akibat gejala geologi berupa proses Diapirik dan gravity slidding.

Struktur lipatan akibat tektonik pada dasarnya dapat terbentuk akibat tegasan kompresi dan tegasan ektensi. Namun kenyataan di lapangan seringkali struktur lipatan disebabkan oleh tegasan kompresi. Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasan kompresi umumnya menghasilkan pola lipatan yang lebih rumit dibandingkan dengan akibat tegasan ekstensional. Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasan ekstensional sebenarnya bukan merupakan akibat langsung dari aktifitas tektoniknya, namum merupakan akibat sekunder karena adanya gaya berat dari tubuh batuan itu sendiri (gaya gravitasi). Struktur lipatan ini selalu terjadi pada zona sesar normal dan selalu terbentuk di bagian hanging wall. 



Gambar 2 Unsur struktur lipatan

Istilah-istilah dalam struktur lipatan

  • Anticline (antiforms), merupakan unsur struktur lipatan, dengan bentuk yang konvex ke atas, sedangkan  syncline (sinforms) adalah lipatan yang konkav ke atas.
  • Limb (sayap), adalah bagian dari lipatan yang terletak downdip, dimulai dari lengkungan maksimum suatu anticline atau updip bila dari lengkung sayap yang curam pada bentuk lipatan yang tidak simetri. Back Limb adalah sayap lipatan yang landai, Fore Limb adalah sayap lipatan yang curam
  • Axial Line (garis poros), merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan. Kedudukan dari pada axial line dinyatakan dengan cara menyebutkan arahnya, atau bearing dan besarnya plunge.
  • Axial Surface, permukaan khayal dimana terdapat semua axial line dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, permukaan ini dapat merupakan suatu bidang planar, dan dinamakan axial plane.
  • Crestal Line (garis puncak), suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan dari suatu antiklin.
  •  Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan
  • Crest adalah puncak tertinggi dari lipatan
  • Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan
  • Trough line adalah garis khayal yang menghubungkan titik terendah pada suatu sinklin
  • Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur pada bidang vertikal
  • Rake adalah sudut antara axial line/hinge dengan bidang/garis horizontal yang diukur pada axial plane/surface
  • Bearing adalah sudut horizontal dihitung terhadap arah tertentu dan merupakan arah penunjaman axial line

Table 1 klasifikasi lipatan berdasarkan rapat sudut dihedralnya (after fleuty, 1964)





Gambar 3 jenis-jenis lipatan.


Gambar 4 geometri chevron fold.

Rekonstruksi lipatan

  1. Metode tangan bebas (free hand method), dipakai untuk lipatan pada batuan yang incompetent, dimana terjadi penipisan dan penebalan yang tidak teratur. Rekonstruksinya dengan mengikuti orientasi kemiringan.
  2. Metode busur lingkaran (arc method), digunakan pada batuan yang competent, misalnya pada lipatan yang parallel. Rekonstruksinya dapat dilakukan dengan menghubungkan busur lingkaran secara langsung bila data yang ada hanya kemiringan dan batas lapisan hanya setempat. 


Gambar 5 Rekonstruksi lipatan




Sabtu, 27 Desember 2014

Struktur Geologi : Kekar

Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran. Struktur kekar merupakan salah satu struktur geologi yang paling mudah ditemukan hampir disemua batuan yang tersingkap di permukaan. Terbentuknya struktur kekar ini dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan batuannya atau sesudah batuan terlitifikasi dan dapat terjadi setiap saat. Walupun struktur kekar ini paling mudah diketemukan, namun merupakan bagian yang tersulit dalam menganalisinya. Kesulitan utama dalam menganalisi struktur kekar ini, antara lain :
  •  Dapat terbentuk kapan saja baik akibat tektonik maupun non- tektonik
  • Sulit menentukan pergeseran relatif bidang kekar 
  • Sulit menentukan urutan pembentukan kekar yang saling berpotongan.
  • Sulit menentukan jenis-jenis kekar di lapangan.

Proses terbentuknya kekar : 
  • Pada saat pengendapan (batuan sedimen) atau pada saat pembekuan/ pendinginan (batuan beku) ››› Nontectonic Joint
  • Setelah pengendapan (batuan sedimen) atau setelah pembekuan/ pendinginan (batuan beku) ››› Tectonic joint.

Proses tersebut diatas dipengaruhi oleh faktor luar, seperti pelapukan (weathering) maupun gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya perubahan atau deformasi.

Tectonic Joint 

Kekar akibat proses deformasi sangat berhubungan dengan gaya yang menyebabkannya, yaitu tegasan dan keterakan (stress dan strain) dibagi menjadi tiga jenis, yakni: 

a. Kekar gerus (shear joint/Compression joint), kekar yang terjadi akibat tekanan/kompresi.

Ciri-ciri di lapangan :

- Mempunyai pola sejajar dengan arah yang jelas
- Bidang kekar rata dan lurus
- Rekahan tertutup

b. Kekar tegangan (tension joint), kekar yang terbentuk akibat tarikan. Disebut juga extension fracture, tension gashes (terisi mineral)

Cirri-ciri di lapangan :
- Tidak mempunyai pola dan arah yang jelas
- Bidang kekar tidak rata
- Rekahan terbuka.

c. Kekar hybrid (hybrid Joint), merupakan campuran dari kedua kekar diatas, dan umumnya terisi mineral sekunder.

Gambar 1 hubungan kekar dengan arah gaya yang bekerja


Gambar 2 jenis-jenis kekar

Berdasarkan kedudukan terhadap lapisan batuan.

1) Strike joint/longitudinal joint : jurus kekar dan jurus perlapisan saling sejajar.
2) Dip joint/transversal joint : jurus kekar sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
3) Diagonal/oblique joint : jurus kekar dan jurus perlapisan batuan saling memotong.
4) Bedding joint : bidang kekar dan bidang lapisan saling sejajar.



Gambar 3 jenis kekar berdasarkan kedudukannya.

Nontectonic Joint

Columnar joint Terjadi pada pembekuan magma, yaitu batuan beku membentuk seprti tiang atau pilar. Sheeting joint (release joint) Terjadi akibat hilangnya atau pengurangan tekanan saat batuan beku membeku, cirinya yaitu berlembar. Berdasarkan ukurannya, kekar dibagi menjadi:

1. Master joint (puluhan hingga ratusan kaki) biasanya sampai memotong beberapa lapisan.
2. Major joint (lebih kecil, tapi masih bisa dilihat dengan baik)
3. Minor joint (lebih kecil lagi dan kurang penting)
4. Micro joint (lebih kecil dari yang lain)





Struktur Geologi : Sistem Sesar Bagian 2

Sistem tegasan yang bekerja pada suatu material/batuan dapat menyebabkan terjadinya perubahan atau deformasi. Apabila tegasan tersebut menyebabkan batuan pecah dan pecahannya relatif saling bergerak maka bidang patahannya dinamakan sebagai struktur patahan atau struktur sesar (“brittle failure”). Pada ujung atau tepi jalur patahan, umumnya batuan terdeformasi berupa lipatan yang mencerminkan semi brittle/ductile.

Gerak suatu batuan akibat proses pensesaran terjadi disepanjang bidang sesarnya, sedangkan arah geraknya dapat diketahui dari jejak-jejak pergeserannya berupa gores garis (Slicken line), atau indikasi lainnya seperti drag fault dsb. Secara garis besarnya, gerak sesar ini dibedakan menjadi gerak mendatar (strike slip), gerak vertikal (dip slip) dan gerak miring (oblique slip). Strike slip terjadi apabila Pembentukan masing-masing jenis gerak sesar ini dipengaruhi oleh sistem tegasan. Beberapa ahli geologi struktur secara umum mengartikan struktur sesar sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran. Beberapa definisi yang lengkap dari sebagian ahli geologi struktur tersebut, antara lain :

Billing (1959) :

Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer.

Ragan (1973) :

Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran.

Park (1983) :

Sesar adalah suatu bidang pecah (fracture) yang memotong suatu tubuh batuan dengan disertai oleh adanya pergeseran yang sejajar dengan bidang pecahnya.

Geometri Sesar

Unsur-unsur geometri sesar penting dipelajari untuk mengetahui sifat gerak dari proses pensesaran, disamping digunakan sebagai dasar dalam penamaan jenis sesar sesuai dengan klasifikasi sesar yang ada.


Gambar 1 Unsur geometri patahan

Untuk mempelajari sesar terlebih dahulu harus mengetahui unsur-unsur geometri dari sesar itu sendiri. Beberapa unsur geometri sesar yang perlu diketahui, antara lain :

a. Fault surface (Bidang Sesar) adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh adanya pergeseran
b. Fault line (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan permukaan bumi.
c.    Fault trace adalah jejak sesar
d.   Fault outcrop adalah singkapan sesar
e.    Fault scarp adalah gawir sesar
f.     Fault zone adalah zona sesar
g.    Fault wall adalah dinding sesar
h.    Hanging Wall adalah blok yang berada di atas bidang sesar
i.      Foot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar
j.      Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal
k.    Slip adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling berimpit.
l.  Strike slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar dengan jurus bidang sesarnya.
m.  Dip slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak lurus terhadap jurus bidang sesarnya atau sejajar dengan arah kemiringan bidang sesarnya.
n.    Heave adalah jarak pergeseran pada bidang horisontal
o.    Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertikal
p.    True displacement adalah arah dan besarnya jarak pergeseran blok yang sebenarnya
q.    Dip of fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang horisontal
r.   Strike of fault adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan bidang horisontal.
s.     Sense of displacement adalah gerak relatif suatu blok terhadap blok yang berada di hadapannya ( Untuk strike slip adalah sinistral atau dekstral, sedangkan untuk dip slip adalah normal atau naik).
t.     Separation atau pergeseran semu adalah jarak tegak lurus antara dua blok yang bergeser dan diukur pada bidang sesar.
u.    Strike separation adalah komponen separation yang diukur sejajar terhadap jurus bidang sesar.
v.    Dip separation adalah komponen separation yang diukur sejajar dengan kemiringan bidang (dip) sesar.
w.  Slicken side atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya licin.
x. Slicken line atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis lurus (kadang melengkung) yang disebabkan oleh gerusan antar blok yang saling bergesekan.
y.    Pitch adalah sudut lancip yang dibentuk antara gores garis dengan jurus bidang sesar.

Anderson (1951), membuat klasifikasi sesar berdasarkan pada pola tegasan utama sebagai penyebab terbentuknya sesar (Gambar 3.13). Berdasarkan pola tegasannya ada 3 (tiga) jenis sesar, yaitu sesar naik (thrust fault), sesar normal (normal fault) dan sesar mendatar (wrench fault).

Normal fault, jika tegasan utama atau tegasan maksimum (σ1) posisinya vertikal.
Wrench fault, jika tegasan menengah atau intermediate (σ2) posisinya vertikal.
Thrust fault, jika tegasan minimum (σ3) posisinya vertikal.


Gambar 2 arah tegasan yang bekerja pada patahan (Anderson, 1951)


Gambar 3 Jenis-jenis patahan

Jenis-jenis sesar utama

Secara umum ada 3 (tiga) kelompok sesar utama, yaitu sesar naik, sesar normal dan sesar mendatar. Sebenarnya ada satu jenis sesar lainnya, yaitu sesar miring (Oblique fault), yang merupakan kombinasi dari beberapa jenis sesar.

Sesar naik atau Thrust fault, terjadi apabila hanging wall relatif bergerak naik terhadap foot wall. Berdasarkan sistem tegasan pembentuk sesarnya, posisi tegasan utama dan tegasan minimum adalah horizontal dan tegasan menengah adalah vertical

Sesar normal terjadi apabila Hanging wall relatif bergerak ke bawah terhadap foot wall. Gerah sesar normal ini dapat murni tegak, atau disertai oleh gerak lateral (sinistral atau dekstral). Berdasarkan sistem tegasanya, posisi tegasan utamanya adalah vertikal sedangkan tegasan menengah dan minimum adalah lateral. Kedudukan tegasan utama yang vertikal ini menyebabkan gaya gravitasi menjadi dominan, sehingga dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya amblasan yang lazim dikenal sebagai sesar normal.

Sesar mendatar (Strike slip fault atau Transcurent fault atau Wrench fault) adalah sesar yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini adalah horizontal, sama dengan posisi tegasan minimumnya, sedangkan posisi tegasan menengah adalah vertikal.



Struktur Geologi

Geologi struktur adalah bagian dari geologi yang mempelajari bangun/rupa (arsitektur) batuan dari kerak bumi, yang meliputi :

- geometri : bentuk, ukuran, kedudukan, sifat simetri, dan
- komponen atau unsur yang membentuknya

Pada berbagai ukuran (skala) dari skala batuan, singkapan hingga regional, yang merupakan hasil dari proses pembentukannya (kejadian) atau karena perubahan akibat deformasi. Didalam geologi struktur terutama mempelajari bentuk batuan akibat deformasi serta proses yang menyebabkannya.
Deformasi adalah perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh batuan akibat pengaruh gaya (tektonik) yang bekerja pada batuan tersebut

Deformasi didefinisikan menjadi empat pergerakan :

- Dilatasi, adalah perubahan volume (gambar 3.1A)
- Translasi, adalah perubahan posisi (gambar 3.1B)
- Rotasi, adalah perubahan orientasi (gambar 3.1C)
- Distorsi, adalah perubahan bentuk (gambar 3.1D) 


Gambar 1 Jenis-jenis Deformasi
(Structural Geology of Rock and Region. Davis, 1984)

Ada dua cara suatu batuan terdeformasi, yaitu, deformasi brittle dan Deformasi ductile


Gambar 2 Jenis deformasi batuan 
(Structural Geology of Rock and Region. Davis, 1984)

Arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumidapat bersifat: 

1. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis.Gaya seperti ini dapat bersifat, tarikan (tension) dan tekanan (compression)


Gambar 3 Gaya yang berlawanan arah tapi bekerja dalam satu garis 
(Structural Geology, Billings, 1972)

2. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu bidang (couple) 


Gambar 4 gaya yang berlawanan arah tapi bekerja dalam satu bidang 
(Structural Geology, Billings, 1972)

3. Berlawanan arah tetapi bekerja pada kedua ujung bidang (torsion)



Gambar 5 gaya yang berlawanan arah tapi bekerja pada kedua ujung bidang 
(Structural Geology, Billings, 1972)

4. Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang umumnya berlangsung dalam kerak bumi (tekanan lithostatis)

Tegasan dan keterakan (Stress dan Strain)

Stress atau tegasan adalah suatu gaya yang dapat menyebabkan perubahan pada batuan. Strain atau keterakan adalah perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam wujud, bentuk maupun volume, yang terjadi pada suatu bahan (batuan yang diakibatkan oleh adanya tegasan. Secara garis besar terdapat dua gejala tegasan yang dapat terjadi di alam, yaitu berupa tarikan dan lainnya berupa tekanan.

Analisis Struktur Geologi

Dalam geologi struktur kita mengenal apa yang dinamakan analisis yang bertujuan untuk merekontruksi struktur-struktur geologi. Analisis- analisis tersebut adalah :

- Analisis deskriptif, yaitu mengenal unsur struktur geologi, memerikan (mendeskripsi) yang meliputi sifat fisik dan geometrinya, mengukur kedudukan dan menggambarkannya pada peta dan penampang.
- Analisis kinematik, yaitu mengamati perubahan yang terjadi pada batuan (deformasi), yang berhubungan dengan pembentukan struktur.
- Analisis dinamik, yaitu mempelajari proses deformasi yang bekerja/yang berpengaruh pada batuan, membahas tentang besaran dan arah gaya (force) dan tegasan (stress), serta interpretasi tentang mekanisme yang membentuk unsur struktur geologi.

Jumat, 26 Desember 2014

Struktur Geologi : Sistem Sesar

Sesar atau patahan (fault) adalah suatu bidang yang terbentuk karena kekuatan batuan tidak dapat menahan lagi tekanan/beban yang ada sehingga akhirnya batuan tersebut patah. Setelah terjadinya sesar tersebut, kedua bagian yang tadinya berhubungan dapat bergeser naik, turun, atau bergeser secara mendatar. Sesar yang terbentuk karena proses tektonik yang kuat umumnya tidak berdiri sendiri (tunggal), tetapi akan menghasilkan sesar-sesar lain yang lebih kecil di sekitarnya sehingga dapat membentuk suatu sistem sesar yang kompleks.
Sketsa Beberapa Tipe Sesar Tunggal

Sketsa Sistem Sesar


Sesar Normal






Kekar merupakan rekahan tanpa atau tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran (D.M. Ragen, 1973).

Jadi biasanya kekar terjadi terlebih dahulu kemudian terbentuk sesar.


Contoh Sesar :

·         Sesar yang terkenal adalah sesar San Andreas di California yang sebenarnya adalah zone pertemuan antara dua lempeng.
·         Sesar terkenal lain adalah sesar Sumatra yang memotong Pulau Sumatra sejajar dengan zone penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah benua Asia di barat Sumatra.

a, b kenampakan sesar di permukaan bumi (Wikipedia & USGS)
c. peta sesar Sumatra ditunjukkan oleh jajaran Bukit Barisan(BBC)





KEBIJAKAN DAN PEDOMAN PENGATURAN KEMANTAPAN LERENG PENAMBANGAN DI INDONESIA

Tujuan dari dikeluarkan Kepmen tersebut adalah untuk melindungi tenaga kerja, peralatan, pelaksanaan kegiatan penambangan bisa berjalan dengan aman, terjadi efisiensi biaya, efektif dan produktivitas dari pekerja tinggi serta lancar tanpa terjadi atau seminimal mungkin kecelakaan kerja.

Menyangkut kemantapan lereng, Kepmen Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 dalam Bab VI pasal 240 sampai dengan pasal 242 berisi tentang peraturan mengenai tinggi jenjang, lebar jenjang, dan sudut lereng yang sangat tergantung pada ukuran peralatan, jenis batuan, sistem penambangan yang dipakai serta kondisi dari keadaan geologi tempat bekerja seperti rekahan, patahan, atau tanda-tanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan lainnya.

Pasal 240
Cara Kerja

1.       Kepala Teknik Tambang (KTT) harus menjamin bahwa kemantapan lereng penambangan, penimbunan dan material lainnya telah diperhitungkan dalam perencanaan tambang
2.       Penimbunan tanah penutup hanya dapat dilakukan pada jarak sekurang- kurangnya 7,5 m dari ujung teras penambangan
3.       Dilarang melakukan penggalian potong bawah (under cutting) pada permuka kerja, teras atau galeri, kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT)
4.       Permuka kerja harus aman dari batuan menggantung dan pada waktu pengguguran batuan, para pekerja pada tempat tersebut harus menyingkir
5.       Permuka kerja tambang permukaan pada bagian atas daerah kegiatan tambang bawah tanah hanya dapat dibuat setelah mendapat persetujuan KAPIT
6.       Dilarang bekerja atau berada di atas timbunan aktif batu pecah, kecuali:
  1. berdasarkan perintah seorang pengawas tambang
  2. curahan batu ke dan dari timbunan telah dihentikan
  3. telah diperoleh kepastian bahwa corongan di bawah timbunan telah ditutup
  4. pekerja menggunakan sabuk pengaman yang dihubungkan dengan tali yang sesuai dengan panjangnya, diikatkan secara kuat dan aman pada titik tetap diatasnya.
Pasal 241
Tinggi Permuka Kerja dan Lebar Teras Kerja


1.       Kemiringan, tinggi, dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh
2.       Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus:
a)      tidak boleh lebih dari 2,5 m apabila dilakukan secara manual
b)      tidak boleh lebih dari 6 m apabila dilakukan secara mekanis
c)       tidak boleh lebih dari 20 m apabila dilakukan dengan menggunakan clamsheel, dragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis, kecuali mendapat persetujuan KAPIT
3.       Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak boleh lebih dari 6 m apabila dilakukan secara manual
4.       Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum untuk jenis material kompak 15 m, kecuali mendapat persetujuan KAPIT
5.       Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:
a)      tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih dari 15 m
b)      tinggi setiap jenjang lebih dari 15 m
6.       Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety berm) pada tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerjadari kemungkinan adanya rekahan atau tandatanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan lainnya.

Pasal 242

1.       Pada waktu membuat sumuran, parit, atau pekerjaan sejenis yang dinding bukaannya mencapai tinggi lebih dari 1,2 m, harus diberi penyangga atau dibuat miring dengan sudut yang aman
2.       Pembuatan tanggul atau bendungan air yang bersifat sementara atau tetap harus cukup kuat dan memenuhi persyaratan yang berlaku