Minggu, 18 Januari 2015

Metamorphic Rock (Batuan Metamorf)

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf. Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. 

Proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa. Proses metamorfisme ini meliputi, Rekristalisasi, Reorientasi, pembentukan mineral baru (dari unsur yang telah ada sebelumnya). Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu:

  1. Metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism)
  2. Metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism)

Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).

Gambar Memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).

Berdasarkan pengaruh pembentukannya batuan metamorf dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Metamorfisme kontak/thermal, batuan metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu yang tinggi, misalnya metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km. contoh batuannya hornfels. 

Gambar Memperlihatkan kontak disekitar intrusi batuan beku (Gillen, 1982).

2. Metomorfisme dinamik, terjadi akibat adanya tekanan yang tinggi, misalnya metamorfisme diinamik terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan.
3. Metamorfisme regional, dimana batuan metamorf ini mendapat pengaruh dari suhu dan tekanan yang tinggi, biasanya metamorf jenis ini terdapat pada daerah dengan zona subduksi

Gambar Penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen, 1982)

Gambar Fasies batuan metamorf

Gambar Fasies batuan metamorf dalam hubungannya dengan temperatur, tekanan, dan kedalaman. (Norman fry, 1985)

Facies batuan metamorf 

Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia. Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.

Struktur dan tekstur batuan metamorf 

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.

Struktur Foliasi
Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Struktur Nonfoliasi
 Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
 Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal.
 Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
 Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
 Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
 Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
 Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam.
 Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous.

Gambar Struktur batuan metamorf dan korelasinya terhadap batuan yang terbentuk

Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik. Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat dilihat pada. Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.

Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang ada sebelumnya sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek; kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral stress dan (2) mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet, kalsit dan kordierit.

Gambar Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985). A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik; B. Tekstur Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas; C. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity dengan domain granoblastik lentikuler; E. Tekstur Semiskistose dengan meta batupasir di dalam matrik mika halus; F. Tekstur Semiskistose dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar blastoporfiritik metabasal; G. Granit milonit di dalam proto milonit; H. Ortomilonit di dalam ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.

Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral). Pada metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit. Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk asbes.

Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf, membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang diduga hasil dari proses metamorfisme. Oleh sebab itu hal terbaik untuk mempertimbangkan secara menerus seperti kemungkinan banyaknya perbedaan kenampakan-kenampakan yang ada.

Gambar Berbagai struktur pada migmatit (Compton, 1985).

Table Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum (Gillen, 1982).


Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur. Nama yang umum sering dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada (contoh skis klorit), atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan dengan facies metamorfik yang dipunyai batuan (contoh granulit).

Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut: Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar. Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebutgranofels. Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit. Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen. Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.















Jumat, 16 Januari 2015

Deskripsi Batuan Sedimen

Batuan Sedimen Klatika (pasir sangat kasar – pasir sangat halus)

Warna 

Terdiri dari warna segar dan warna lapuk, sertakan pula variasi warnanya untuk memperjelas pemerian. Contoh: batupasir berwarna segar kelabu kehijau-hijauan. Pemerian warna ini mencerminkan tingkat oksidasi, kandungan mineral, dan lingkungan pengendapan batuan itu sendiri.
  • Warna merah: menunjukan keadaan oksidasi > non marin, mengan-dung Fe (umumnya hematit).
  • Warna hijau: merupakan reduksi dari warna merah, mengandung glaukonit, zeolit atau chamosite.
  • Warna kelabu: menunjukan keadaan reduksi > marin, kaya akan bahan organik. - Warna, kuning-coklat: menunjukan keadaan oksidasi, mengandung limonit, goethite, dan oksida besi.

Tekstur (properties of individual grain/sifat-sifat butiran) 

Besar butir (grain size), ditentukan dengan cara membanding-kannya dengan Skala Wentworth, kalau perlu bisa dibantu dengan manggunakan loupe, untuk breksi dan konglomerat dapat ditentukan dengan bantuan mistar kecil, kemudian tentukan pula ukuran minimal dan maksimal dari butiran atau komponennya. Contoh: batupasir berbutir sedang (114mm-112mm). Breksi dengan ukuran butir 7cm-12cm (Berangkal, 64mm-256mm). Besar butir ini mencerminkan energi hidrolik lingkungannya, dalam artian jika ia berbutir kasar maka dahulunya ia diendapkan dengan arus yang cepat dan begitu pula sebaliknya.

Bentuk Butir (grain shape), ditentukan dengan bantuan chart yang telah tersedia pada komparator dan gunakan istilah : 

  1. Sangat menyudut (very angular)
  2. Menyudut (angular)
  3. Menyudut tanggung (subangular) 
  4. Membundar tanggung (subrounded) 
  5. Membundar (rounded) 
  6. Sangat membundar (very Rounded)
Gambar Bentuk butir

Untuk melihat bentuk butiran ini dapat dilakukan dengan bantuan loupe (terutama untuk batupasir), dan tentukan pula kisarannya. Contoh: batupasir menyudut-menyudut tanggung. Bentuk butir ini mencerminkan tingkat transportasi butirannya, dalam artian bahwa jika ia memiliki bentuk butir yang membundar maka ia cenderung telah tertranspor jauh dari batuan asalnya.

Tabel Skala Wentworth


Kemas (fabric/grain packing), adalah derajat keterkaitan antar butiran penyusun batuan atau hubungan antar butir, dan ini dapat mencerminkan viscositas (kekentalan) medianya. Bila butirannya saling bersentuhan maka dinyatakan dengan kemas tertutup (berarti dia diendapkan oleh media yang cair/encer, sehingga kemungkinan mengandung semen-matrik). Bila butirannya tidak saling bersentuhan maka dinyatakan dengan kemas terbuka (berarti dia diendapkan oleh media yang pekat). Selain itu perhatikan pula apakah butirannya memperlihatkan pengarahan (imbrikasi) atau tidak. Kemas merupakan salah satu hal penting terutama dalam pen-deskripsian breksi atau konglomerat, dan bisa langsung diten-tukan tanpa menggunakan loupe.

Struktur Sedimen 

Berguna dalam menentukan top & bottom suatu lapisan, arah arus-purba (Paleocurrent) dan lingkungan pengendapan.

Secara garis besar struktur sedimen terbagi menjadi dua katagori, yaitu:
  • Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur sedimen yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya suatu batuan, contohnya adalah: graded bedding, parallel lamination, ripple mark, dune and sand wave, cross stratification, shrinkage crack (mud crack), flacer, lenticular, dll.
  • Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures), struktur sedimen yang terbentuk setelah proses litifikasi. Struktur sedimen sekunder meliputi:

  1. Struktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya: flute cast, groove cast, tool marks, scour marks, channel, dll.
  2. Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya, contohnya: slump, convolute, sand dyke, dish, load cast, nodule, dll.
  3. Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas makhluk hidup, contohnya: bioturbation, trace fossils, rootlet bed, dll.
Gambar Struktur sedimen, A : Wavy, B : Cross Stratification, C : Mudcrack, D : Flute cast, E : Bioturbation, F : Load Cast.

Permeabilitas 

Adalah kemampuan suatu batuan untuk meloloskan fluida. Cara menentukannya yaitu: 
  • Teteskan air di atas permukaan sampel yang akan diperiksa. 
  • Perhatikan apakah air tersebut diserap atau tidak oleh batuan ter-sebut. 
  • Bila cairan diserap dengan cepat, maka nyatakanlah bahwa permeabilitasnya baik. 
  • Bila cairan diserap dengan cukup cepat, maka nyatakanlah bahwa permeabilitasnya sedang. 
  • Bila cairannya diserap dengan lambat, maka nyatakanlah bahwa permeabilitasnya buruk.
Porositas

Adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan, dan dinyatakan dalam persen,


Sedangkan dalam penentuannya di lapangan gunakan istilah porositas baik jika permeabilitasnya baik, porositas sedang jika permebili-tasnya sedang, dst.

Pemilahan (Sorting) 

Adalah tingkat keseragaman besar butir penyusun batuan, mencer-minkan viskositas media pengendapan serta energi mekanik/arus ge-lombang medianya. Jika pemilahannya baik maka ia diendapkan oleh media yang cair/encer dengan energi arus yang kecil, dan begitu pula dengan sebaliknya. Gunakan istilah: 
  • Terpilah baik (well sorted) jika besar butirannya seragam. 
  • Terpilah sedang (medium sorted) jika besar butirannya relatif sera-gam. 
  • Terpilah buruk (poorly sorted) jika besar butirannya tidak seragam.
Dan untuk menentukan pemilahan ini dapat dibantu dengan menggu-nakan loupe (misalnya untuk Batupasir).

Gambar Pemilahan batuan

Kandungan CaC03 

Ditentukan dengan jalan meneteskan larutan HCl 0,1 Normal pada permukaan sampel batuan yang masih segar, jika ia berbuih/bereaksi (ngecos…!) maka batuan tersebut bersifat karbonatan (calcareous), dan begitu pula sebaliknya.

Kandungan mineral 

Mineral-mineral sekunder yang umum terdapat dalam batuan sedimen misalnya kalsit (ngecos oleh HCl, sedangkan kuarsa tidak), aragonit (memiliki habit yang menjarum), pirit (kuning pucat seperti emas de-ngan bentuk kristal kubik), glaukonit (berwarna hijau kotor), kaolinit (serbuk putih seperti bedak), dll.

Kandungan fosil 

Yang dapat ditentukan di lapangan tentu saja fosil-fosil yang bersifat makro (besar). Dalam penentuannya, sebutkan minimal kelas atau filumnya, jika ia berongga atau bolong-bolong maka itu adalah koral (filum coelenterata, artinya rongga), jika ia memiliki dua cangkang yang tidak sama besar (memiliki bagian ventral dan dorsal) maka itu adalah brachiophoda, jika ia memiliki dua cangkang yang sama besar, maka itu adalah moluska. Jika ia berbentuk menyerupai keong mas, maka itu adalah gastrophoda, dan jika ia berbentuk seperti bintang laut, maka itu adalah echinodermata, dll.

Kekerasan 

Merupakan tingkat kekuatan partikel batuan terhadap disagregasi. 
  • Kompak, bila tidak dapat dicukil dengan jarum penguji. 
  • Keras, bila masih dapat dicukil dengan jarum penguji. 
  • Agak keras, bila dapat hancur ketika ditekan dengan jarum penguji. 
  • Lunak, bila dapat dipotong-potong dengan mudah menggunakan jarum penguji. 
  • Dapat diremas, bila dapat diremas dengan jari tangan. 
  • Spongi, bila sifatnya seperti karet busa. Jika ditekan balik lagi ke asal.
Kontak (hubungan dengan batuan sekitarnya)

Perhatikan hubungan tiap satuan batuannya, apakah ia selaras (tentukan kontaknya apakah tegas, gradasi, atau interkalasi) atau tak selaras (ditandai dengan bidang erosi: angular unconformity, disconformity, paraconformity, atau nonconformity).

Deskripsi Batuan Sedimen Klatika (Batulanau dan batulempung)

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah batulanau, batulempung, napal, serpih. Pada kelompok ini yang tidak dideskripsi adalah tekstur, pemilahan, porositas, dan permeabelitas.

Namun ada pula yang harus ditambahkan dalam pendeskripsiannya, yaitu kilap (luster). Kilap dapat membantu pembedaan asal warna. Istilah – istilah yang dipakai untuk ini adalah :
1. Dull : Mati atau warnanya gelap
2. Earthy: Seperti tanah
3. Scoty : Seperti jelaga (katel gosong)
4. Oily : Seperti minyak
5. Silky : Seperti sutra
6. Velvel : Seperti beludru
7. Resinous: Seperti lemak
8. Waxy : Seperti lilin
9. Soapy : Seperti sabun

Deskripsi Konglomerat, Breksi, Breksi Gunungapi, Agglomerat. 

Untuk breksi, konglomerat, begitu pula breksi gunungapi dan agglomerat (detritus kasar), yang harus di deskripsi adalah komponen dan matriknya. 

Komponen 

Dalam pendeskripsian komponen dalam breksi dan konglomerat, dilakukan secara biasa, namun yang perlu diperhatikan:
  • Komposisi, apakah monomik (jika klastika terdiri dari satu tipe litologi), Oligomik (terdiri dari 2-3 tipe klastika), polimik (klastika terdiri lebih dari 3 jenis litologi). Dan tentukan pula jenis – jenis batuannya, jika batuan beku tentukan sifatnya apakah basaltis atau andesitis.
  • Ukuran komponen, tentukan ukuran maksimal dan minimal dari besar komponennya.
  • Kemas, tentukan kemasnya (terbuka atau tertutup). Dan lihat jika ada imbrikasi
  • Kekompakan, apakah komponennya lepas – lepas, atau monolitik (komponen dan matriks tak dapat dipisahkan)
Matrik

Dalam pendeskripsian matrik pada breksi dan konglomerat, dilihat apakah terdiri satu jenis batuan atau campuran, kemudian deskripsi seperti biasa.

Deskripsi Batuan Karbonat (Batugamping) 

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat lebih dari 50%. Pada umumnya, mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan batudolomit (dolostone). 

Secara umum, beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan akumulasi maksimum sedimen karbonat adalah lingkungan yang mempunyai:
1. Kedalaman yang cukup (umumnya pada laut dangkal <40m)
2. Hangat dengan penetrasi cahaya yang baik (25 – 30 C)
3. Kadar garam yang relatif stabil (27 – 40 /mil)
4. Aliran air yang jernih, agar proses fotosintesis sempurna

Klasifikasi batuan karbonat mempunyai banyak ragamnya. Sampai saat ini belum ada satu klasifikasi yang dapat memuaskan semua pihak, seperti halnya pada batuan klastika (seperti batupasir misalnya). Beberapa klasifikasi yang akan disajikan di bawah ini merupakan klasifikasi yang lebih umum dipakai oleh para ahli geologi.

Gambar Klasifikasi Folk (1959/1962)

Gambar Klasifikasi Dunham (1962)

Gambar Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Secara konvensional batuan karbonat juga diklasifikasikan menurut ukuran butiranya, seperti klasifikasi sedimen klastik berdasarkan skala ukuran butir Wentworth. Batuan karbonat dengan ukuran butir >2 mm dinamakan kalsirudit (disebut konglomerat pada sedimen non-karbonat), 63 mikron - 2 mm disebut kalkarenit (disebut batupasir pada sedimen non-karbonat), dan yang ukuran butirnya <63 mikron dinamakan kalsilutit (setara dengan batulempung).

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsi batugamping antara lain:
  • Nama Batuan, disesuaikan dengan klasifikasi yang digunakan
  • Warna, deskripsikan warna segar dan warna lapuknya.
  • Feature, dari lapangan tentukan apakah batugamping berlapis atau terumbu
  • Dominasi, deskripsikan didominasi oleh skletal atau Non skletal
  • Organisme, deskripsikan organisme dari batuan per kelas, (Gastropoda, Alga, Coral, Bivalve, Foram)
  • Tekstur, penentuan tekstur mengunakan klasifikasi Folk, Dunham, Embry & Klovan, atau secara konvensional.
  • Struktur, kenali struktur yang terdapat pada batugamping tersebut.
Gambar Struktur sedimen pada Batugamping, A : Cavity Structures, B : Stromatolites, C : Tepees, D : Hardground













Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)

Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti “penenggelaman” atau secara sederhana dapat diartikan dengan “endapan”, yang digunakan untuk material padat yang diendapkan oleh fluida. 

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuan lainnya (batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan (weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan, yang pada akhirnya mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat membentuk batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran, erupsi gunungapi. 

Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi. Tetapi karena batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi, maka meskipun jumlahnya relatif sedikit akan tetapi dalam hal penyebaran batuan sedimen hampir menutupi batuan beku dan metamorf. Batuan sedimen menutupi sekitar 75% dari permukaan bumi.

Pelapukan 

Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. 

Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
  1. Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang lebih kecil oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi kimia dan kandungan mineral batuan tersebut yang signifikan.
  2. Pelapukan kimia, adalah proses dimana adanya perubahan komposisi kimia dan mineral dari batuan.
  3. Pelapukan biologi, Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.

Erosi 

Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Erosi tidak sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. 

Transportasi 

Transportasi adalah pengangkutan suatu material (partikel) dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu gerakan media (aliran arus) hingga media dan material terhenti (terendapkan). Media transportasi (fluida) antara lain gravitasi, air, es, dan udara. 

Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda.
  1. Aliran laminar, semua molekul-molekul di dalam fluida bergerak saling sejajar terhadap yang lain dalam arah transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya pencampuran selama aliran laminar.
  2. Aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua arah tapi dengan jaring pergerakan dalam arah transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya tercampur dalam aliran turbulen.
Gambar Aliran Lamina dan aliran turbulen

Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme
  1. Menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa kehilangan kontak dengan permukaan dasar.
  2. Saltasi (saltation), bergerak dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi.
  3. Suspensi (suspension), turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida.

Gambar Perilaku partikel dalam pergerakan fluida

Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu. Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.

Litifikasi 

Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi. Salah satu proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen diendapkan terus – menerus pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan semakin kecil. 

Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah sementasi. Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang meresap melalui rongga antar butiran, kemudia larutan tersebut akan mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir dan mengikat butiran – butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan oksida besi.

Klasifikasi Batuan Sedimen 

Berdasarkan proses terjadinya, maka batuan sedimen terbagi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Terrigeneous Clastics

Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi dan pembatuan (litifikasi). Pelapukan yang berperan disini adalah pelapukan yang bersifat fisika. Contoh: breksi, konglomerat, batupasir, batulempung.

2. Biochemical-Biogenic-Organic Deposits

Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-bahan organik (baik flora maupun fauna) dan proses pelapukan yang terjadi pada umumnya bersifat kimia. Contoh: batugamping, batubara, rijang, dll.

3. Chemical Precipitates-Evaporates

Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi kristal-kristal dan larutan kimia yang diendapkan setelah medianya mengalami penguapan. Contoh: gipsum, batugaram, dll.

4. Volcaniclastics (Pyroclastic)

Batuan sedimen jenis ini dihasilkan dari akumulasi material-material gunungapi. Contoh: agglomerat, tuf, breksi, dll.

Rabu, 14 Januari 2015

Batuan Beku (Igneous Rock)

Batuan ini adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan maupun di atas permukaan. Magma merupakan cairan silikat kental dan pijar yang bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500-2500ºC terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Jenis – Jenis Batuan Beku

Jenis Batuan beku berdasarkan genetiknya

1. Batuan beku intrusif

Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga dengan batuan plutonik.

Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:

a. Konkordan, yaitu intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain:

1. Sill: intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar dengan ketebalan beberapa milimeter sampai beberapa kilometer.

Gambar Bentuk Tubuh Sill

2. Laccolith: sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya.

Gambar Bentuk Tubuh Laccolith

3. Lopolith: bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari lebar tubuhnya dengan bentuk seperti melensa dimana bagian tengahnya melengkung ke arah bawah karena elastisitas batuan di bawahnya lebih lentur.

Gambar Bentuk Tubuh Lapolith

4. Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan.

Gambar Bentuk Tubuh Phacolith

b. Diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain:

1. Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong struktur lapisan batuan sekitarnya.


Gambar Bentuk Tubuh Dike

2. Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100km2, berbentuk tak beraturan, dan tak diketahui dasarnya.
3. Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap di permukaan <100km2.
Gambar Bentuk tubuh intrusi secara umum

2. Batuan beku ekstrusi 

Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma baik di daratan maupun di bawah permukaan laut yang disebut juga dengan batuan vulkanik. 

Jenis Batuan beku berdasarkan kandungan silika 

Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi atas: 
1. Batuan beku asam: silika > 65% 
2. Batuan beku menengah: silika 65-52% 
3. Batuan beku basa: silika 52-45% 
4. Batuan beku ultrabasa: silika < 45%

Jenis Batuan Beku berdasarkan indeks warna

Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan beku terbagi atas:

1. Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%  
2. Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60%
3. Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-90%
4. Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-100%

REAKSI DERET BOWEN 

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L.. Bowen (kanada) disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series


Gambar Deret reaksi bowen 

Catatan !!
  • Apabila temperatur magma turun hingga mencapai titik jenuhnya maka magma tersebut mulai mengkristal
  • Unsur-unsur yang sukar larut akan mengkristal terlebih dahulu, misalnya mineral asesoris (apatit, zirkon, ilmenit, magnetit, rutil, titanit, chromit dll)
  • Mineral utama pembentuk batuan yang mula-mula mengkristal adalah olivin, Mg piroksen (ortho piroksen), klino piroksen, amfibol, plagioklas dst  Deret Bowen
  • Unsur-unsur yang mudah larut akan mengkristal paling akhir dan akan terjebak di sekitar kristal yang telah terbentuk dahulu.

Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu:
  1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang bewarna gelap, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum (Mafic=Magnesium Ferric). Yang termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen, amfibol, dan biotit.
  2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang bewarna terang, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral feldsparthoid) + silika. Yang termasuk mineral ini adalah: plagioklas, kalium feldspar (potassium feldspar), muskovit dan kuarsa.

Mineral pembentuk batuan beku berdasarkan kejadiannya, dibedakan menjadi :
  1. Mineral Primer:Terjadi pada saat proses pembentukan batuan.
  2. Mineral Sekunder : Terbentuk pada saat setelah proses pembekuan batuan (leburan silikat) berakhir.


KLASIFIKASI BATUAN BEKU


Tabel Klasifikasi batuan beku

Tekstur (properties of individual grain) 

Tekstur dibagi lagi menjadi:

a. Granularitas (grain size)

Granularitas terbagi tiga, yaitu:
  • Afanitik: berbutir halus atau besar butiran (phenocryst) < 1mm, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
  • Porfiritik: berbutir sedang atau besar butiran (phenocryst) 1-5mm, dapat dilihat dengan bantuan loupe.
  • Faneritik: berbutir kasar atau besar butiran (phenocryst) > 5mm, dapat dilihat dengan mata telanjang.


b. Derajat Kristalisasi

Umumnya menunjukkan kecepatan pendinginan. Derajat Kristalisasi terbagi tiga, yaitu:
  • Holohyalin: secara keseluruhan tersusun atas gelas/massa dasar. Hal ini terjadi karena pendinginan cepat.

Gambar Contoh holohyalin
  • Hipokristalin/Hipohyalin: tersusun atas kristal (phenocryst) dan gelas (groundmass).


Gambar Contoh hipokristalin/hipohyalin
  • Holokristalin : secara keseluruhan tersusun atas kristal (phenocryst). Hal ini terjadi karena pendinginan lambat.

Gambar Contoh holokristalin

c. Bentuk Kristal

Umumnya menunjukkan rangkaian kristalisasi. Bentuk kristal terbagi tiga, yaitu:
  • Euhedral: bentuk kristalnya masih utuh (apakah ia kubik, monoklin, triklin atau yang lainnya).
  • Subhedral: bentuk kristalnya sebagian tidak utuh.
  • Anhedral: bentuk kristalnya sudah tidak utuh lagi sehingga tidak dapat dilihat apakah ia kubik, monoklin, atau yang lainnya.


Keterangan: A: Anhedral B: Subhedral C: Euhedral

Struktur 
  • Masif : secara keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam/ monoton. 
  • Vesikuler: pada massa batuan terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk bulat atau elips dengan penyebaran yang tidak merata. Lubang ini merupakan ruang tempat gas terperangkap pada waktu magma membeku.
Gambar Batuan dengan struktur vesikuler

  • Amigdaloidal: vesikuler yang telah terisi oleh mineral sekunder.
  • Scorius: vesikuler yang penyebarannya merata.
  • Lava bantal (Pillow lava): lava yang memperlihatkan struktur seperti kumpulan bantal, Ini disebabkan karena ia terbentuk di laut (gunungapi bawah laut).


Gambar Batuan dengan struktur lava bantal
  • Columnar joint: struktur yang memperlihatkan bentuk seperti kumpulan tiang, ini disebabkan adanya kontraksi saat proses pendinginannya.















Selasa, 13 Januari 2015

Tanah Kelahiranku

Kamis, 01 Januari 2015

Struktur Geologi : Perlipatan Bagian 2

Karena aktivitas tektonik, lapisan batuan sedimen yang relatif elastis akan mengalami tekanan yang tinggi dan terlipat, dan membentuk sistem sinklin-antiklin. Pada sistem perlipatan maka lapisan batuan yang tadinya mendatar akan berubah posisinya menjadi miring dengan sudut kemiringan (dip) dan jurus (strike) yang bervariasi.

Sketsa sistem perlipatan

Sketsa bidang perlipatan

DIP, STRIKE dan PLUNGE
(a) Dip dan Strike (b) Plunge



Apabila besarnya tegangan yang bekerja pada batuan sedimen tersebut melampaui batas elastisnya, maka sistem tersebut akan mengalami penyesaran dan pergeseran. Sedangkan kalau tidak terlalu besar, maka pada bagian-bagian tertentu mungkin akan terbentuk sistem kekar tarik (pada batuan yang rapuh/getas).
(a). Sketsa macam-macam perlipatan,
(b). Sketsa Perlipatan yang tersesarkan normal

Perlipatan menghasilkan bagian punggungan perlipatan yang disebut sebagai antiklin dan bagian lembah yang disebut sebagai sinklin. Jarak antara antiklin dengan sinklin di dekatnya juga bervariasi, tergantung pada besarnya gaya yang membentuknya. Demikian juga mengenai kemiringan yang terbentuk pada perlipatan tersebut, yaitu tergantung pada amplitudo dan frekuensi yang terjadi.

Lapisan batuan yang tidak mendatar lagi (miring) posisinya dinyatakan dalam jurus dan kemiringannya (strike/dipnya), sehingga dibutuhkan interpretasi untuk mengkorelasikannya.
Beberapa kemungkinan interpretasi singkapan yang telah mengalami perlipatan.

LIPATAN
  • Antiklin
  • Sinklin
  • Antiklinorium
  • Sinklinorium
  • Monoklin

Gambar : Antiklin

Gambar : Antiklin Menunjam




Gambar : Sinklin


Gambar : Sinklin Menunjam


Gambar : Monoklin

Gambar : Homoklin

Landforms associated with dipping and horizontal strata –cuesta, homoclinal or strike ridge, hogback, butte, mesa, and plateau. The chief streams found in landscapes with dipping strata –strike streams, anti-dip streams, and dip streams –are shown. Notice that a cuesta consists of a dip slope and a steeper escarpment of scarp slope. The black band represents a hard rock formation that caps the butte, mesa, and plateau.